Tentang anjing yang memelihara dan membesarkan seorang anak
Disampaikan secara tertulis oleh Nikane, Anggruk, 1972.
Pohon Yeli Dan Mitos Wam Dalam Agma Orang Yalimek |
Pada satu hari anjing itu mengeluarkan siulan karena dia melihat dua perempuan muda sedang mencari kodok di pinggir suangai. Ia berlari ketempat perempuan-perempuan itu dan membawa lari noken-noken yang mereka letakkan di pinggir suangi. Melihat itu kedua perempuan itu berteriak: “Noken kami! Noken kami!” lalu mereka mengejar anjing itu. Begitu mereka sampai di tempat anjing itu tinggal, mereka melihat seorang pemuda berdiri disitu. Merka terkejut tetapi anjing itu berdiri dan menyalami mereka. Anjing berdiri disitu. Mereka terkejut tetapi anjing itu berdiri dan menyalami mereka. Anjing dan pemuda itu kemudian membakar batu umntuk membuat makanan bagi mereka semua. Kedua perempuan itu bermalam disitu. Keesokan harinya mereka bakar batu lagi dan makan daging, betatas dan keladi. Perempuan-perempuan itu akhirnya tinggal bersama di rumah pemudah dan anjing. Tidak lama kemudian mereka hamil. Perempuan yang satu melahirkan anak laki-laki dan yang satu melahirkan anak perempuan. Mereka mengerjakan kebun bersama-sama. Anak-anak tumbuh dan dibesarkan dengan baik. Mereka makan semua jenis makanan. Anjing itu memburu banyak kuskus dan mereka bakar batu untuk memasak kukus dan babi.
Pada satu hari desenggarakan pesta tarian di kampong tetangga. Laki-laki itu bersama kedua istri dan anjingnya pergi menonton pesta tarian. Kemudian laki-laki itu mengikat pinggangnya dengan rapi, mengantungkan noken bulu burung di punggungnya, mengenakan hiasan kepala dari kulit kuskus dengan bulu burung cendrawasih diatasnya. Ia lalu melompat di tengah-tengah orang yang menari. Waktu orang-orang melihat laki-laki itu mereka sangat mengangumi dia dan berkata: “Siapa itu yang begitu bagus!” setelah menari, mereka pergi ke tempat bakar batu, di mana daging babi di bagi kepada semua yang hadir. Laki-laki yang menari sangat bagus itu di beri dua ekor babi. Ia memotong dan membagikan kepada yang lain. Setelah selesai makan, mereka mulai menari lagi. Sementara anjing itu selalu menyentuh seorang perempuan dengan mulutnya. Berulang kali ia menyentuh perempuan itu dan member tanda kepada laki-laki untuk membunuh perempuan ini. Lalu laki-laki itu mengambil anak panah bamboo dan memanah perempuan itu. Anjing itu mulai menarikan tarian kemenangan dan berulang kali menggigit perempuan yang sdh terluka parah itu sampaikan akhirnya perempuan itu meninggal.
Lalu laki-laki dan bersama istri-istrinya pulang ke kampunya. Karena ia membunuh perempuan itu ia mengambil satu ekor babi. Selama mereka tinggal di kampungnya. Pada hari kelima mereka mengundang kampong tetangga untuk pesta tarian di kampong mereka. Orang-orang kampong tetangga itu datang dan menari. Mereka juga memberi daging babi yang di bakar batu mereka terus menari dan makan daging babi. Akhirnya pesta itu usai dan orang-orang kampong tetangga pulang. Laki-laki itu bersama istri-istri dan anak-anaknya juga pulang kerumah. Lalu mereka memotong babi lagi dan membakarnya dengan batu. Mereka lalu membuka kebun baru. Pada satu hari anjing itu meninggal. Laki-laki itu memakamkan anjing itu didalam satu pondok. Ia berkata kepada istri-istri dan anak-anaknya: “saya tidak pernah memiliki ibu, anjing ini menjadi bapakku dan kini ia meninggal!” setelah memakamkan anjing itu, mereka memotong babi, memanggangnya dan memakannya. Setelah 10 bulan laki-laki mengambil yulang anjing dan membawanya keluar dari pondok itu. Setelah itu mereka memotong banyak babi bagi dan membakarnya dengan batu.
Skripsi Dr. Siegfried Zöllner tentang agama orang Yali sudah terbit dalam bahasa Indonesia.
Pada tanggal 19 Mei 2011 di Angguruk, kabupaten Yahukimo, dirayakan HUT ke 50 Injil masuk di Yalimo. Pada kesempatan itu Dr. Siegfried Zöllner menyerahkan karyanya tentang agama orang Yali dalam bahasa Indonesia kepada masyarakat Yali. Sampai sekarang buku itu hanya terdapat dalam bahasa Jerman. Ibrahim Peyon, sendiri seorang Yali, sebagai dosen bidang ilmu Antropologi di Universitas Cendrawasih di Jayapura, menulis tentang buku Zöllner antara lain: Kehadiran buku ini merupakan proses pewarisan budaya khususnya tradisi tekstual orang Yali yang terkait dengan keagamaan mereka.
Dengan buku ini juga orang Yali mengenal diri dan dunianya serta harga diri dan identitasnya sebagai manusia Yali yang merupakan satu kesatuan dari manusia Papua dari pengaruh penguasaan orang lain selama ini di tanah Papua. Kehadiran buku ini juga memberi makna untuk mendorong akan dapat dilakukan perlindungan dan pewarisan dengan lebih kokoh karena ada dokumen tertulisnya. Bilamana hal ini disadari, maka buku ini tentunya akan dapat menjadi pendorong dilakukannya kegiatan pendokumentasian tradisi-tradisi lisan atau tekstual orang Yali yang lain, tidak hanya oleh orang luar tetapi lebih penting lagi adalah oleh orang Yali sendiri. Akankah hal ini bisa terjadi? Ini adalah suatu beban yang harus dijawab oleh orang Yali sendiri.
“Terima kasih bapak Siegfried Zollner .... Tuhan Yesus Kristus melindungi bapak dalam usia tua. Salam hangat dari kami anak-anakmu.“
Sumber: Buku Pohon Yeli Dan Mitos Wam Dalam Agama Orang Yali
Oleh: Dr. Siegfried Zollner
Mengapa Ceritanya ttidak menjelaskan secara terperinci..?
BalasHapussaya bingunnya sesudah suaminya telah meninggal yang memaksa istrinya ikut pulang itu siapa..?
dan kedua perempuan itudatangnya dari daerah mana..?
lalu mengapa anjing itu suruh lelaki itu untuk membunuh perempuan pada saat dansa ada hubungan apa dengan mereka..?